Kasus Perkosaan Cianjur Jadi Sorotan Internasional, Direksi Pragmatic Play Indonesia: Anak Adalah Garis Merah

Rp. 10.000
Rp. 100.000 -90%
Kuantitas

Kasus Perkosaan Cianjur Jadi Sorotan Internasional, Direksi Pragmatic Play Indonesia: “Anak Adalah Garis Merah”

Cianjur, Indonesia – Kasus kekerasan seksual terhadap seorang gadis berusia 16 tahun di Cianjur yang dilakukan oleh belasan pria terus mengundang reaksi publik. Kali ini, sorotan datang dari luar negeri, termasuk dari perusahaan digital global seperti Pragmatic Play Indonesia, yang menyuarakan kecaman keras terhadap kejahatan tersebut.

Dalam pernyataan resminya pada Minggu (13/07), Direktur Wilayah Indonesia Pragmatic Play, Arvino Hadi, menyebut tindakan tersebut sebagai “garis merah yang tidak bisa dinegosiasikan oleh akal sehat atau budaya apa pun.”

Respons Internasional Menggema

Berita mengenai pemerkosaan beruntun selama empat hari yang dialami oleh seorang remaja di Cianjur telah diliput sejumlah media luar negeri. Beberapa portal berita Asia Tenggara bahkan menyebut kasus ini sebagai salah satu yang “paling mengerikan” dalam sejarah kekerasan seksual di wilayah ASEAN selama lima tahun terakhir.

Sorotan internasional bukan hanya kepada pelaku, tetapi juga terhadap sistem hukum dan sosial Indonesia yang dinilai belum cukup melindungi korban kekerasan seksual, terutama anak di bawah umur.

Pragmatic Play: Tidak Diam, Tidak Apatis

Perusahaan pengembang perangkat lunak dan game internasional, Pragmatic Play, yang memiliki lisensi aktif di Indonesia untuk penyediaan platform hiburan digital, merespons cepat isu ini. Dalam siaran pers yang dikirimkan ke beberapa redaksi nasional, Arvino menegaskan bahwa:

"Kami tidak dapat tinggal diam melihat tragedi ini. Terlepas dari bisnis dan industri tempat kami bernaung, kami adalah bagian dari masyarakat. Anak adalah garis merah. Siapa pun yang menyentuhnya dengan kekerasan, telah menyentuh masa depan bangsa dengan tangan kotor."

Arvino juga menyebut bahwa Pragmatic Play Indonesia akan mengalokasikan dana Corporate Social Responsibility (CSR) tahun ini untuk mendukung program pemulihan trauma dan pendampingan hukum bagi korban kekerasan seksual di bawah umur.

Polisi: Sudah 10 Pelaku Ditangkap, 2 Masih Buron

Kapolres Cianjur Kombes Adi Purnama menyebut bahwa pihaknya telah menangkap 10 dari 12 pelaku yang teridentifikasi terlibat langsung dalam tindakan bejat terhadap korban. Beberapa pelaku diketahui masih di bawah umur dan berstatus pelajar.

“Dua orang lainnya sudah masuk daftar pencarian orang (DPO) dan tim kami masih melakukan pengejaran. Kami juga menggandeng unit cyber crime untuk mendalami kemungkinan adanya rekaman digital atau distribusi ilegal konten,” kata Adi.

Seruan Kolaborasi dari Dunia Usaha

Pernyataan dari Pragmatic Play Indonesia menjadi salah satu yang paling disorot karena jarang ada perusahaan di sektor hiburan digital yang angkat bicara dalam isu sensitif semacam ini. Arvino mengajak perusahaan teknologi lainnya untuk tidak apatis terhadap kejahatan yang menyasar anak.

“Tidak cukup hanya mengutuk. Kita harus mendorong perubahan sistemik. Dunia usaha harus menjadi bagian dari suara kolektif untuk perlindungan anak. Jangan biarkan tragedi ini berulang karena kelalaian kita semua,” tambahnya.

Ia juga menyatakan kesediaan Pragmatic Play Indonesia untuk bergabung dengan forum-forum perlindungan anak nasional dan regional sebagai bentuk tanggung jawab sosial jangka panjang.

Reaksi Netizen & Tokoh Masyarakat

Tagar #KeadilanUntukCianjur dan #TolakPelakuBebas telah menjadi trending di beberapa platform media sosial sejak dua hari lalu. Banyak netizen menyuarakan harapan agar kasus ini tidak ditutup-tutupi atau dilenyapkan karena adanya tekanan sosial atau ekonomi di wilayah kejadian.

Sementara itu, Komisioner Komnas Perempuan, Mariana Amiruddin, mengatakan bahwa kasus ini seharusnya menjadi momentum nasional untuk mempercepat pengesahan kebijakan penanganan cepat terhadap korban anak.

Kesimpulan

Kasus perkosaan terhadap gadis Cianjur kini tak lagi sekadar tragedi lokal. Dengan sorotan internasional dan suara dari perusahaan multinasional seperti Pragmatic Play Indonesia, publik diingatkan kembali bahwa perlindungan anak adalah tanggung jawab semua pihak, bukan hanya negara.

Anak bukan sekadar angka dalam statistik kekerasan. Mereka adalah masa depan. Dan masa depan yang hancur karena kebisuan kita hari ini, tidak akan bisa dibangun kembali besok.

@LIGAJAWARA168